Untuk Diri Kecilku: Maaf,
Impianmu Tidak Sampai
Beberapa waktu lalu, aku tidak sengaja menemukan secarik foto lama di dalam galeri. Ada anak kecil dengan rambut di kuncir di sana, mengulas senyum paling lebar dengan kue ulang tahun bertuliskan angka enam di depan meja kecil. la manis sekali memakai piyama merah muda; sepertinya, ia lupa kalau hari itu hari ulang tahunnya, maka ia terbangun dengan kaget luar biasa sebab nyaring lagu "selamat ulang tahun" di telinganya.
Walaupun tidak mengingat begitu jelas, aku ingat ia tersenyum begitu lebar sebab bahagia teramat sangat. Bahagia yang sederhana: anggota keluarga inti yang membawa kue kecil black forest favoritnya, nyanyian lagu ulang tahun, hadiah alat tulis baru untuk sekolah, dan pelukan erat.
Bahagianya sederhana kala itu.
Lalu, aku jadi bertanya-tanya, kira-kira anak kecil itu dulu kaget gak, ya, kalau tahu waktu besarnya jadi seperti aku yang sekarang ini? la yang sekarang tidak berkuliah di fakultas kedokteran. Ia juga tidak memenangi kontes menyanyi nasional. Pula, ia juga tidak mengajar menjadi guru.
Aku ingin sekali bercerita padanya, kalau ternyata, impian-impian besarnya banyak yang tidak ku wujudkan ketika ia dewasa. Aku ingin bercerita, bahwa banyak mimpinya yang tidak sampai. Aku ingin sekali memberitahunya bahwa, ternyata, hidup tidak selalu sama seperti yang ada di angan kita. Aku belum terlalu lama hidup di dunia, tetapi setidaknya, itu satu hal yang kutahu. Bahwa dalam hidup, tidak apa-apa kalau cita-cita yang dulu dielu-elukan tidak tersentuh oleh tangan kecilmu.
Namun, aku belajar banyak hal. Tentang aku yang menyadari bahwa aku tidak cocok belajar sains dan kawanannya ketika SMA, maka fakultas kedokteran sepertinya memang bukan untukku. Tentang menyanyi yang akan tetap jadi hobi biasaku, bukan mimpi untuk menjadi lebih dari itu bahkan sekarang, hobiku semakin banyak: menulis, membaca buku, menonton drama, memasak, dan lainnya. Tentang mengajar dan memberi ilmu yang tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi menjadi orang biasa juga tetap bisa berbagi apapun yang kamu ketahui. Kamu tetap dapat jadi guru di mana saja dan kapan saja.
Untuk diri kecilku... Maaf, impianmu tidak sampai. Sebab sekarang mimpi kita lebih besar daripada yang dulu-dulu. Mimpi kita yang sekarang ada di ranah yang berbeda, mimpi- mimpi yang wujudnya lebih besar. Mimpi-mimpi yang masih jadi alasan kita mempertahankan kaki agar tetap berdiri tegak.
Mimpi-mimpi yang ingin sekali kuwujudkan bukan hanya untuk diriku sendiri, melainkan juga untuk senyuman mereka-mereka yang selalu berdiri di belakangku. Mimpi-mimpi yang tidak bisa kutulis di sini, tetapi kugaungkan kencang-kencang di dalam hati..
Diri kecilku, dirimu yang kini jauh lebih dewasa pemikirannya, dewasa sudut pandangnya. Dunia ternyata lebih luas dari bayanganmu dulu, atau mungkin berbanding terbalik dari pikiranmu. Ternyata, mengenai pemikiranmu tentang dewasa itu banyak senang dan bahagianya- kamu salah. Namun tak apa-apa, akan kucari bahagiaku sendiri. Bahagia yang sederhana seperti kamu yang dulu. Sesederhana memotong kue ulang tahunmu, sesederhana menonton kartun favoritmu, sesederhana membolos sekolah karena hujan deras bertamu.
Diri kecilku, semua mimpi kita nanti-entah berbentuk apapun kita kejar sama-sama, ya?
/aqilarchive